Pengaruh media dan iklan terhadap perilaku merokok remaja

0 0
Read Time:2 Minute, 33 Second

Remaja merupakan kelompok usia yang paling rentan terhadap pengaruh lingkungan, terutama dari media dan iklan. Di masa ini, mereka sedang mencari jati diri dan sering meniru apa yang mereka lihat sebagai simbol keren, dewasa, atau pemberontakan. Sayangnya, rokok sering kali dipresentasikan dalam media dan iklan dengan citra yang menarik, yang secara tidak langsung memengaruhi sikap dan perilaku remaja terhadap merokok.

Citra Rokok dalam Media

Media, baik itu film, televisi, video musik, hingga media sosial, kerap menggambarkan merokok sebagai aktivitas yang identik dengan ketangguhan, kepercayaan diri, dan daya tarik. Tokoh-tokoh fiktif yang digambarkan merokok dalam film sering kali adalah sosok yang kuat, misterius, atau populer. Representasi semacam ini bisa menanamkan persepsi positif di benak remaja bahwa merokok adalah bagian dari gaya hidup yang menarik dan patut ditiru.

Selain itu, selebritas atau influencer yang terlihat merokok di media sosial juga dapat memberikan pengaruh kuat. Remaja yang mengidolakan figur publik tersebut bisa saja terinspirasi untuk mencoba rokok agar terlihat keren atau merasa dekat dengan idola mereka.

Iklan Rokok yang Terselubung

Selain itu, kemasan rokok yang menarik secara desain, penggunaan warna mencolok, serta promosi harga khusus, juga merupakan bagian dari strategi pemasaran yang menargetkan anak muda. Beberapa perusahaan bahkan menggunakan teknik digital marketing yang menyusup ke dalam game, aplikasi, atau platform media sosial, sehingga lebih sulit diawasi oleh otoritas dan orang tua.

Dampak Psikologis terhadap Remaja

Banyak dari mereka yang mulai merokok karena merasa itu adalah hal yang umum, bisa diterima, bahkan digemari. Hal ini disebut dengan normalisasi, yaitu proses ketika sesuatu yang awalnya dianggap buruk menjadi tampak biasa karena sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika rokok dipandang sebagai simbol status atau sarana untuk mengekspresikan kebebasan dan identitas, remaja bisa merasa terdorong untuk mencobanya demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosialnya.

Bukti Penelitian

Berbagai studi telah membuktikan bahwa paparan iklan dan promosi rokok meningkatkan kemungkinan remaja untuk mulai merokok. Penelitian oleh WHO dan CDC menunjukkan bahwa remaja yang sering melihat iklan rokok lebih dari dua kali lipat lebih mungkin untuk menjadi perokok dibandingkan yang tidak terpapar.

Studi lain menunjukkan bahwa setiap paparan 500 iklan rokok meningkatkan kemungkinan merokok sebesar 10% di kalangan remaja. Ini adalah angka yang mengkhawatirkan, mengingat betapa masif dan sulitnya mengontrol konten di media digital masa kini.

Peran Orang Tua dan Sekolah

Untuk menangkal pengaruh media dan iklan, peran orang tua dan institusi pendidikan menjadi sangat penting. Orang tua perlu proaktif berdiskusi dengan anak tentang bahaya rokok dan bagaimana industri rokok menggunakan media untuk memanipulasi persepsi. Memberikan pemahaman kritis akan membantu remaja mengenali iklan terselubung dan tidak mudah terpengaruh.

Sekolah juga harus mengintegrasikan pendidikan anti-tembakau ke dalam kurikulum, termasuk cara membaca pesan media secara kritis. Program seperti pelatihan literasi media bisa menjadi cara efektif agar remaja dapat memilah informasi yang mereka konsumsi.

Kesimpulan

 Dengan penggambaran yang sering kali glamor, merokok ditampilkan seolah-olah bagian dari gaya hidup menarik. Padahal, di balik semua citra tersebut tersembunyi dampak kesehatan yang serius dan jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—orang tua, sekolah, dan masyarakat—untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran dan memberikan perlindungan kepada remaja dari pengaruh negatif media dan iklan rokok.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %